Selasa, 17 Oktober 2017

tugas permodelan grafik tentang budaya

DESAIN PERMODELAN GRAFIK
BIDANG BUDAYA

Imajinasinya yang berkeliaran telah menuntun logikanya untuk menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Menganut prinsip ‘independen’, seniman ini berani merampungkan loncatan karya yang berkutat pada masalah sosial manusia. Ia berusaha menampilkan egonya dalam 4 karakter utama, yaitu karakter perempuan yang seksi, tomboy, berjilbab serta seorang karakter laki-laki dalam goresan kanvasnya. Tanpa sekalipun mengenyam nikmatnya belajar seni di akademi seni rupa, ia pun berani bersaing dalam jajaran seniman muda berbakat yang menghidangkan sebuah warna baru.

Ya, perupa Pop Art ini sangat pandai mewujudkan lukisan dalam permainan warna yang berani dengan berbagai kode uniknya yang selalu membuat penasaran para penikmat seni. Tak heran jika ia pernah raih award karena masuk dalam lima besar pelukis terbaik di Tokyo, Jepang. Siapa sih dia?

Erza Q-Pop (Erza Budi Faisal)

Panggil saja Erza, seorang pria muda asal Jogja yang menambatkan hidupnya pada seni dengan berbagai goresan imajinasinya di kanvas. Berasal dari keluarga yang juga berdarah seni, ia mulai menampakkan taringnya sejak umur 3 tahun. Berbagai perlombaan lukis sering diikutinya, mulai dari tingkat provinsi hingga internasional. Beberapa penghargaan yang diraihnya di masa itu membuatnya menjadi sesosok anak mahal dalam jajaran seniman cilik. Tak heran jika saat masih TK ia pun sering diundang oleh Keraton Jogja untuk melukis di sana.

Nama Q-Pop sendiri ia dapatkan dari seorang kurator yang artinya Queen of Pop. Mengandung sebuah makna bahwa ia ingin menghentikan aliran pop dalam seni lukis yang terkesan kaku dengan teknik lain yang lebih fresh, dinamis dan sesuai dengan perubahan zaman.

Beranjak dewasa, anak muda yang lahir tanggal 12 Oktober 1989 ini mulai konsen dengan sekolahnya dan hampir tak ada waktu untuk melukis. Tak ingin terlalu lama berdiam, ia mulai beraktivitas berkesenian kembali mulai tahun 2008. Keinginannya yang begitu besar untuk mengadakan pameran tunggal membuatnya harus meninggalkan kuliahnya di jurusan seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada akhir 2010.

e2f61ed0-b2a3-4631-9bca-00a60c4d099a-5764d2adaf7a613a052c5944.jpg
e2f61ed0-b2a3-4631-9bca-00a60c4d099a-5764d2adaf7a613a052c5944.jpg
Apakah langsung sukses? Tentu saja tidak. Ia pun telah mengalami jatuh bangun dalam perjalanan kariernya. Orang tuanya pada awalnya melarangnya untuk menjadi seniman yang identik dengan pergaulan ‘keras’. Jadi tak heran jika latar belakang pendidikannya yang bukan dari akademi seni rupa ini membuatnya agak kaku saat pertama kali menggoreskan cat di atas kanvas.

Bagaimana cara menggores? Bagaimana teknik melukis? Bagaimana menggunakan alat-alatnya? Sempat menjadi bebannya walaupun semua itu akhirnya tertutupi dengan cita-cita besarnya menjadi seorang seniman besar. Tak pelak latar belakangnya ini sering dijadikan alasan kuat oleh para sponsor seni untuk menolak karya-karyanya bahkan dihantam blacklist karena dirasa kurang mampu untuk menghasilkan lukisan bagus.

Tak lama setelah itu, Erza sukses menghasilkan karya apik dan diapresiasi banyak orang. Orang tuanya akhirnya luluh saat merasakan jiwa yang bersemangat pada lukisan-lukisan Erza yang bergenre Pop Art ini. Beberapa pameran, baik tunggal ataupun gabungan telah ia wujudkan demi menuruti hasrat seninya yang kian memuncak. Sebuah ide baru tercuat saat ia ingin berinovasi melalui karya-karyanya di masa depan. Kembali mencoba mengenyam pendidikan dan uniknya dia ambil jurusan Teknik Elektro di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), ia makin bangga dan percaya diri. Buat apa coba? Tentu saja, ia memiliki mimpi untuk menggabungkan karya seni lukisnya dengan elektro. Woww....

Konsep Lukisan Erza: Research Kehidupan Nyata

Lukisan Pop Art memang sungguh indah untuk dinikmati karena didalamnya tergores gaya gambar 2 dimensi dengan outline yang semakin mempertajam karakter. Warna-warna kontras tinggi sering menghiasai lukisan Pop Art, tak terkecuali milik Erza. Ia tahu benar bagaimana harus menumpahkan segala informasi dan ilmunya sebagai acuan untuk menghasilkan sebuah karya yang mampu ‘berbicara’.

Erza bukanlah perupa dadakan yang hanya ingin mengejar popularitas dan uang  ataupun menghasilkan karya hanya sekadar ‘kejar setoran’. “Saya selama ini masih berkutat pada penciptaan lukisan. Karakter yang saya ciptakan berdasarkan research saya terhadap dunia sosialita, keremajaan, dunia hura-hura yang selalu saya alihkan untuk menjadikannya hal yang positif....”, ungkapnya. Tak heran jika hasil-hasil lukisannya memang mengandung pesan istimewa yang menyiratkan fakta saat ini.

Alur penyelesaian karyanya tak hanya 1-2 hari saja namun harus melewati beberapa tahap, seperti menentukan tema utama lalu terjun langsung ke lapangan untuk lebih dekat dan mendalami karakter obyek. Ketika data sudah dirasa lengkap, barulah ia tumpahkan segala hasrat seninya itu ke dalam bentuk lukisan.

Gaya estetik dalam melihat masa depan adalah visi lukisannya. Semua nyata dan lekat dengan berbagai pesan sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Jadi tak heran jika karya-karya Erza banyak diminati bahkan orang awam yang tak mengerti seni pun dapat menikmati karyanya yang luar biasa.

dsc02549-jpg-5764d2eb75977366059a295c.jpg
dsc02549-jpg-5764d2eb75977366059a295c.jpg
Mengapa Erza Q-Pop Berbeda?

Seniman muda yang telah puluhan kali menyelenggarakan pameran lukisan ini memang sangat pandai mengawinkan bakatnya dengan realita masyarakat yang memiliki keunikan tersendiri. Karya-karya seringkali tampak menarik, cantik dan penuh misteri. Ekspresi dari tokoh-tokoh yang diciptakannya tak luput dari sentuhan seni, budaya, pola hidup serta alur sosial.  

Erza memang memiliki keunikan tersendiri sehubungan dengan penciptaan karakter dari setiap karyanya. Selain jujur dan apa adanya, ada beberapa keunikan karyanya yang mendatangkan banyak kekaguman dari para penikmat seni :

Aliran Pop Art namun ‘Istimewa’
Tak dapat dipungkiri, karya-karya Erza adalah perpaduan dari daya kritis serta imajinasinya yang kreatif. Bisa dibilang bahwa karyanya bukan pop Art murni karena ia sengaja menggandeng unsur-unsur lain dalam setiap goresan. Tak sekadar menggoreskan warna primer dan kontemporer, lukisannya makin cantik dengan sematan seni batik dan teknik gradasi. Inilah istimewanya, ia berbeda dari perupa Por Art lainnya yang hanya menajamkan sisi warna dan karakter dalam lukisannya.

Di sini, Erza berusaha mengangkat warisan budaya bangsa, khususnya batik yang notabene berasal dari Jogja (kota kelahirannya) untuk menambah nilai dalam setiap karyanya. Dia pun kadang menorehkan aroma budaya lainnya, seperti bagian dari tokoh pewayangan atau pun kesenian tradisional lain yang bernilai tinggi. Jadi tak heran jika dalam berbagai kesempatan, penikmat seni dari luar negeri banyak yang mengapresiasi hasil karyanya, tak terkecuali Mr. Robinson dan istrinya, pemilik studio Rolling Stone 2nd di negaranya.

Menggores Batik Secara Natural
Saat ditanya motif batik seperti apa yang akan dia goreskan, dia pun menjawab semua serba natural tanpa direncanakan. “Motif Batik selalu mengalir begitu saja. Semua tanpa disengaja...” jujur Erza. Nah, untuk teknik membatik pada kenyataannya memang tak mudah dilakukan karena pelukis harus berkonsentrasi penuh. Erza mengungkapkan sebuah kiat yang tak lazim digunakan oleh para pelukis lainnya. Saat membatik, dia manfaatkan teknik berdzikir, yaitu menahan nafas selama beberapa detik. Bisa dilihat sendiri dalam lukisan-lukisannya, goresan batiknya sungguh unik dan bernilai karena memanfaatkan teknik dzikir tersebut. Luar biasa.

Wanita adalah Inspirasi Utama
Seniman muda ini sangat mengagumi karakter wanita sehingga tak heran jika dalam lukisannya seringkali tergambar sosok wanita yang unik. Ya, sosok wanita memang memberikan sumbangan imajinasi yang sangat besar bagi karya-karyanya. “Saya harus kenal dia, dekat dengan dia. Menjadi temannya atau tahu persis backgroundnya agar saya temukan karakter sebenarnya...” tegasnya.

dsc02540-jpg-5764d32364afbdac04e3fc36.jpg
dsc02540-jpg-5764d32364afbdac04e3fc36.jpg
Lalu, mengapa harus wanita? Karena menurutnya, sosok wanita memiliki banyak misteri yang bisa dikupas lebih banyak, misalnya fashionnya, gaya hidupnya, cara bicaranya, centil-centilnya, hobinya, kelucuan sesuai umurnya, keunikannya, kehidupan sosialnya dan sebagainya. Dia telah sukses menciptakan tiga karakter WANITA di lukisannya, yaitu wanita seksi, tomboy dan berjilbab.

Perihal lukisannya, ia juga sering menggambarkan karakter anak-anak. Jika disadari, anak-anak seringkali masih berpikir dan berperilaku secara murni dan penuh kepolosan. Disinilah Erza ingin menyematkan sebuah pesan hidup bagi kita yang dewasa. Kini pun ia sedang melakukan transisi dalam kehidupannya. Semakin matang kedewasaannya, ia mulai ingin menjadi dirinya sendiri. Mencoba menggali inspirasi dari hati dan pikirannya untuk karyanya di masa mendatang. Well, semoga semakin memperkaya hasil lukisan di masa mendatang ya, Erza....

Lukisan Haruslah Bercerita ‘Nyata’
Ia pun menuturkan bahwa semua karyanya terbentuk secara jujur dan nyata. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, semua harus melewati research panjang untuk menghasilkan sebuah karya yang bernilai tinggi. Di luar sana, ada banyak pelukis yang menghasilkan karya namun tak semuanya nyata.

Mereka seringkali berkarya karena settingan, yaitu melukis sesuatu karena sengaja dibuat dan secara teknis memang bisa dipelajari. Terkadang si perupa juga tak bisa menjawab ketika ditanya apa makna yang tersirat di balik lukisannya. Seakan tak ingin terjebak dalam kondisi sama, sejak berdiri sebagai seniman, ia sudah berprinsip bahwa setiap karyanya harus nyata sesuai dengan kondisi saat ini. “Saya bisa saja melukis sesuatu yang tak nyata. Tapi bagi saya, karya seperti itu sama saja tak ada nyawanya..” tutup Erza.    

Seniman Modern Asli Jogja
Erza sangat bangga menjadi seniman muda dimana ia dibesarkan di kota yang penuh dengan warisan budaya dan identik dengan pendidikan. Jogja, kota kelahirannya sekaligus kota dimana ia besar dengan karya-karyanya. Tak hanya dirinya, rupanya orang tua hingga garis ke atas nenek buyutnya semua juga berasal dari kota yang sama.
dsc02553-jpg-5764d887af7a6113052c5958.jpg
dsc02553-jpg-5764d887af7a6113052c5958.jpg
Inovasi & Dinamis: Langkah Pengembangan Karya Erza Q-Pop
Erza adalah seorang yang tak ingin memperlakukan karyanya secara statis atau tanpa mengalami progres yang lebih baik. Dia adalah perupa yang sangat dinamis, baik dalam hal pemikiran, imajinasi, teknik berkarya atau penembakan karyanya ke pasar. Terinspirasi dari karya banyak pelukis senior dunia, seperti Mark Ryden dan Takashi Murakami, ia pun memiliki mimpi besar untuk dapat meraih kesuksesan, minimal setara dengan mereka.

Tak ada yang tak mungkin di dunia jika mau memperjuangkan. Pilihan jurusan Teknik Elektro yang kini sedang dijalaninya ternyata membawa misi istimewa bagi pengembangan karya-karyanya. Sebuah mahakarya sedang dirancangnya dimana lukisannya akan dipadukan dengan teknik elektro hingga membentuk sebuah kemasan seni yang lebih indah (electro painting). Dalam imajinasinya, lukisan ini nantinya akan bisa bergerak, memiliki narasi dalam bentuk suara dengan visualisasi yang lebih menggoda mata sehingga pada akhirnya orang awam pun tahu apa makna dari lukisan tesebut tanpa harus berbicara padanya. Menumpahkan ide lukisannya ke dalam bentuk merchandise dan video art juga sudah masuk dalam list pengembangan karyanya. Kita tunggu saja, tahun depan mudah-mudahan terealisasi. 

Penikmat Karya Erza Q-Pop

Lebih membebaskan diri dalam berkarya, itulah prinsipnya saat ini. Pengalamannya yang telah lebih dari 20 kali mengadakan pameran, baik tunggal ataupun bersama dengan para seniman lainnya mengajarkannya untuk makin mematangkan segala potensi dan kreativitas. Di setiap event, dia berharap agar yang dapat menikmati hasilnya karyanya bukan hanya kolektor, seniman atau semua pihak yang terkait dengan seni. Namun masyarakat awam pun diharapkan dapat menikmati dan menangkap pesan dari setiap lukisannya. Ini pun sudah terealisasi dari setiap pameran yang ia selenggarakan. Ia mendatangkan orang-orang dari luar lingkup seni, seperti rekan kampus, tetangga desa, komunitas dsb karena ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya.

“Saya lebih bahagia saat orang mengatakan bahwa lukisan saya ‘bagus’ ketimbang langsung terjual tanpa ada kesan apa-apa..” ungkapnya. Erza hanya menekankan bahwa setiap seniman orientasinya memanglah mendapat uang dari jerih payahnya. Tapi baginya, itu bukan selalu menjadi yang utama.

img-20160530-wa0058-5764d295347b61fe06fde77b.jpg
img-20160530-wa0058-5764d295347b61fe06fde77b.jpg
Sebuah karyanya yang memiliki nilai tinggi pernah ditawar dengan harga fantastis. Namun siapa sangka ia lebih pilih membakar lukisan tersebut hanya karena di dalamnya terlukis seorang sosok cantik yang kini tak lagi memberi energi positif bagi hidupnya, mantan istrinya.

Siapa saja peminat luksian Erza? Ada banyak. Beberapa kolektor selalu melirik lukisan-lukisannya yang unik. Ada pula masyarakat awam yang selalu siap ‘menyantap’ hasil kerja kerasnya dalam beberapa tahun terakhir. Ia mengatakan bahwa banyak customer-nya yang perempuan, baik masih belia ataupun sudah dewasa yang selalu mengagumi lukisan-lukisannya yang kadang tampak 'nyeleneh'. Semakin mengepakkan sayap, awal 2017 Erza Q-Pop akan mengadakan sebuah perhelatan besar untuk karya-karyanya dalam sebuah pameran tunggal yang akan dimeriahkan oleh lebih dari 60 komunitas mobil di Indonesia. Ribuan penikmat seni akan tumpah ke ruang karyanya yang unik, menggelitik dan penuh dengan pesan moral. Luar Biasa, semoga sukses ya Erza.

Penasaran dengan lukisan-lukisannya? Berikut adalah beberapa karya Erza Q-Pop:

img-20160618-wa0007-5764d338b393739212c79107.jpg
dsc02547-jpg-5764d4ab347b619907fde759.jpg
img-20160618-wa0014-5764d346af92731b0836cccc.jpg
img-20160618-wa0016-5764d354377b610d048b4572.jpg
img-20160618-wa0013-5764d37475977383059a2966.jpg
img-20160618-wa0008-5764d471d29273fb1e3d9fc2.jpg


Tidak ada komentar:
Write komentar

Blogroll

Labels